Friday, November 22, 2013

Lah Kok ?



Kebetulan, beberapa hari ini aku menjadi panitia dari seminar atau konferensi yang lumayan besar.  Ilmuwan, peneliti, dan cendekiawan-cendekiawan dari berbagai penjuru dunia datang.  Mereka datang dalam rangka sharing atau berbagi ilmu pengetahuan dan penelitian yang mereka punya. Acara berlangsung selama 3 hari, mulai dari pagi hingga sore. Ada sesi morning coffee, kemudian conference with keynote speaker, dan plannary session atau sesi presentasi paper yang sudah dikirimkan oleh para peserta jauh sebelumnya.

Banyak hal yang memang sangat bermanfaat dalam acara kali ini, mulai dari ilmu dan wawasan baru, pengalaman bertemu dengan banyak orang dari berbagai penjuru dunia, serta pengalaman menjadi panitia ataupun peserta dari acara besar ini. Pada intinya, banyak manfaat yang bisa didapatkan di acara ini.  Paper yang disajikan peserta pun dari berbagai bidang atau tema yang menarik.
Disamping dari berbagai pengalaman luar biasa yang ada, ada beebrapa hal kecil yang ternyata menarik sekali. Salah satu di antara hal-hal kecil menarik itu adalah aku dapati ketika sesi makan, baik itu ketika morning coffee, coffee break, lunch ataupun ketika dinner atau makan malam.ya mungkin ini sudah umum terjadi juga sih. Ada beberapa orang yang tidak menghabiskan makanannya atau minumannya.

Hal ini memang biasa terjadi di jamuan makan pernikahan, atau syukuran, dan acara pesta yang lainnya juga. Mungkin hal ini bisa dianggap wajar ketika makanan  itu disajikan langsung satu porsi, dalam artian yang mengambil makanan bukan orang tersebut. Maka wajar ketika makanan tersebut tidak dihabiskan, karena yang member porsi tersebut adalah orang lain, dalam hal ini tuan rumah, karena tuan rumah tidak bisa mengukur satu-satu seberapa porsi yang cocok dengan masing-masing tamu. Maka ketika tamu tidak menghabiskan makanan, ya berarti bisa dibilang bukan salah tamu.
Lain kasus ketika dalam jamuan makanan yang bersifat prasmanan atau mengambil sendiri makanan yang diinginkan. Biasanya ini terjadi pada jamuan resepsi pernikahan, jamuan tamu kehormatan, pesta ulang tahun, dll termasuk juga acara conference ini. Pada jamuan makan prasmanan, peserta atau undangan bisa mengambil sendiri makanan, seberapa banyak porsinya, atau komposisinya terdiri dari apa saja. Nah, ternyata, ada juga orang – orang yang tidak menghabiskan makanan pada jamuan makan seperti ini. Bahkan ada yang hanya memakan sedikit kemudian membiarkannya begitu saja di piring tersebut dan meninggalkannya. Termasuk dalam conference besar ini yang dihadiri oleh berbagai orang “pintar” dari berbagai penjuru negeri, banyak aku temukan piring-piring atau gelas atau mangkuk yang masih berisi separuh atau lebih makanan atau minumannya. Ya bukannya  apa sih, tapi terpikir ndak ya makanan yang tidak dihabiskan nanti akan dibuang. Bahkan mungkin makanan yang tidak dihabiskan itu jika dikumpulkan masih bisa dipakai untuk jamuan beberapa orang. Terbayang ndak sih di luaran sana banyak orang yang berjuang mati-matian bahkan sampai melakukan kejahatan hanya demi dapat membeli sesuap nasi. Terbayangkah di luar sana banyak orang yang sampai mati kelaparan karena tidak mendapat makanan. Dan terpikir jgua ndak kalau makanan yang tidak dihabiskan (atau bahkan hanya dicicipi saja) itu tidak ada orang yang mau memakannya dan makanan itu akan dibuang sia-sia.
Ah sudahlah, mungkin mereka lupa kali ya dengan hal-hal seperti itu. tapi, apakah ndak diukur sebelumnya seberapa porsi yang mereka perlukan ketika mengambil makanan. Mereka bisa mengukur hal-hal yang orang lain mungkin tidak bisa mengukurnya, tapi tidakkh mereka bsia mengukur porsi makanannya sendiri ? setidaknya ketika memang tidak terlalu lapar atau tidak ada kesempatan untuk memakannya, ya seharusnya bisa lah memperkirakan makanan yang diambil. Jadi, makanannya tidak terbuang sia-sia. Apabila hanya ingin mencoba atau mencicipi saja, megnambil tester atau mengambil sedikit saja. Maksud saya disini adalah, sudah seyogyanya, ktia tidak menyia-nyiakan makanan atau minuman, hal ini sebagai tanda syukur kita karena bisa mendapatkan makanan dan minuman tersebut. Atau kalau tidak begitu ambil saja makanan atau minuman tersebut dan bagikan kepada orang yang lebih membutuhkan. Ini mungkin tidak memerlukan kepandaian ya dalam memahaminya, tapi ini butuh kepekaan dan perasaan.
Pada awalnya,jujur aku menyangka ini hanya terjadi di daerah-daerah atau pesta-pesta yang dihadiri orang-orang biasa. Eh, ernyata hal demikian juga terjadi pada acara yang dihadiri para cendekiawan atau ilmuwan atau peneliti. Ya mungkin ini hal sepele juga sih, tapi ternyata ini bisa mencerminkan kepekaan kita. Ya, kembali lagi sih, ketika mengukur hal yang tidak bisa diukur orang lain, kenapa megnukur porsi makanan sendiri ternyata tidak bisa? Hmm, yuk kita kurangi kebiasaan tidak menghabiskan makanan, atau berbagi makanan kepada orang yang lebih membutuhkan. J

1 comment:

  1. :D
    kebiasaanku banget.. soal makanan nomor 1..
    tapi insyaallah aku nggak nyia2kan makanan kok... lahap habisss...

    ReplyDelete