Tuesday, March 11, 2014

Permasalahan dengan Orang Genius


Orang genius, atau orang dengan IQ yang luar biasa, banyak berada di sekitar kita. Bahkan tanpa kita sadari beberapa teman kita sendiri bisa jadi adalah orang genius. Orang genius memang bisa berasal dari berbagai latar belakang, ras, maupun bangsa. Keberadaan orang genius tidak mengenal agama atau pun zaman. Memang sedikit dari suatu populasi yang merupakan orang genius, tetapi sekali lagi, keberadaan orang genius ini bisa dari berbagai jenis lapisan masyarakat.
Orang genius sendiri, sebenarnya mudah dikenali sejak kecil. Mulai dari tugas-tugas perkembangan yang lebih cepat dikuasai daripada anak seumurannya pada umumnya, kecepatan daya tangkap atas suatu informasi, kecepatan dalam memahami sesuatu yang sangat rumit, sampai prestasi-prestasi yang mungkin didapat ketika telah menginjak bangku sekolah. Secara umum, orang-orang genius akan terlihat sangat berbeda sekali daripada orang sekitarnya, mereka akan terlihat sebagai orang yang sangat atau bahkan terlalu pintar.
Pertanyaan selanjutnya  adalah, apakah pengaruh ke-genius-an seseorang itu dalam kehidupannya?.  Pertanyaan ini menjadi menarik untuk dibahas mengingat itulah hal yang penting dalam kehidupan seseorang. Banyak hal yang terdapat dalam diri sesorang, namun ketika itu dianggap tidak terlalu berpengaruh dalam kehidupan seseorang, maka hal itu menjadi tidak terlalu penting. Nah, seperti apakah pengaruh ke-genius-an itu dalam kehidupan seseorang? terutama tentu saja dalam pengaruh terhadap kesuksesan seseorang? Apakah ada hubungan antara tingkat ke-genius-an seseorang dengan kesuksesan dalam kehidupannya?
Berbagai pertanyaan tersebut lah yang coba dijawab oleh Malcolm Gladwell pada salah satu artikel dalam bukunya yang berjudul Outlier: Rahasia di Balik Sukses. Malcolm memberikan beberapa contoh tentang orang-orang genius dan kehidupannya dalam artikel tersebut. Malcolm juga menceritakan tentang penelitian dari Terman yang meneliti kehidupan sekelompok orang-orang genius yang telah diseleksi secara ketat olehnya. Dalam artikel tersebut nanti akan dijelaskan permasalahan-permasalahan seputar orang-orang genius ini.
Malcolm memberikan contoh kehidupan dari seorang genius yang bernama Christopher Langan. Langan adalah seorang genius yang kehidupannya boleh dibilang tidak terdengar banyak orang. Langan tidak pernah meraih Nobel ataupun penghargaan. Meskipun begitu, Langan mempunyai IQ yang sangat tinggi, yakni sekitar 200, IQ tersebut bahkan lebih tinggi daripada punya Einstein yang mempunyai IQ sekitar 150. Langan mempunyai kemampuan yang luar biasa dalam memahami sesuatu. Langan juga menguasai berbagai bahasa asing serta berbagai disiplin ilmu.
Christopher Langan pernah suatu saat diberikan tes IQ yang khusus dibuat untuk orang-orang yang sangat pandai. Hasilnya adalah hanya satu pertanyaan yang dia tidak bisa jawab. Langan sudah mulai berbicara pada usia 6 bulan (pada umumnya anak baru mulai bicara pada usia sekitar 12 bulan). Dan pada usia 5 tahun Langan sudah mulai bertanya-tanya tentang Tuhan kepada kakeknya. Langan juga mampu lulus tes dengan nilai sempurna hanya dengan membaca buku teks selama 2-3 menit. Langan kecil sudah menunjukkan tanda-tanda ke-genius-annya.
Pada saat remaja, Langan mulai membaca buku-buku tentang teori fisika. Hal tersebut dilakukannya sambil bekerja sebagai asisten pertanian. Pada saat usia 16 tahun, Langan muda sudah memahami mahakarya Bertrand Russel dan Alfred North Whitehead yang berjudul Principia Mathematica. Dia bahkan mendapatkan nilai sempurna untuk ujian SAT meskipun sempat tertidur dalam ujian tersebut. Langan juga mampu membuat gambar yang menyerupai gambar foto pada usia sekitar 15 tahun. Langan benar-benar orang yang genius.
Namun di balik ke-genius-annya tersebut, latar belakang kehidupan Langan tidak terlalu bagus. Langan adalah anak dari seorang ibu yang mempunyai 4 orang anak berbeda ayah. Ayahnya yang terakhir adalah seorang wartawan gagal yang sering mabuk dan berjudi. Langan hidup dalam kemiskinan selama beberapa tahun. Keluarga Langan hidup berpindah-pindah dari satu kota ke kota yang lain. Langan juga tidak menyelesaikan kuliahnya karena kelalaian ibunya dalam mengurus beasiswa.. Langan juga tidak pernah mendapat penghargaan atas berbagai karya yang dia hasilkan. Langan tua hanya hidup di sebuah peternakan kuda bersama istrinya. Kehidupan sehari-hari Langan diisi dengan mengurus peternakan, membaca buku dan menulis. Namun demikian, Langan tidak pernah menerbitkan tulisan-tulisannya. Dan karenanya tidak seorang ilmuwan pun yang membaca karya-karyanya. Meskipun demikian, Langan dapat menerima itu semua.
Di lain kisah, Lewis Terman, seorang professor muda di fakultas psikologi Stanford University, melakukan serangkaian penelitian yang sangat panjang. Berawal dari pertemuannya dengan Henry Cowell, salah seorang anak genius yang dibesarkan dalam kemiskinan dan kekacauan. Henry Cowell adalah salah satu anak genius yang tidak memperoleh kesempatan untuk mengenyam pendidikan dengan layak. Terman menemukan Cowell sebagai anak genius ketika Terman sempat mendengarkan Cowell memainkan music yang sangat indah dengan piano di sebuah sekolah tempat Cowell kecil bekerja. Terman kemudian mengadakan sebuah penelitian tentang orang-orang genius. Terman menyeleksi orang-orang genius atau berbakat tinggi dari seantero California. Setelah melalui proses seleksi yang panjang, Terman memperoleh sekitar 1500 anak dengan IQ diatas 140 bahkan mencapai 200. Anak-anak tersebut dinamakan “Termites”.
Terman kemudian mengobservasi perjalanan kehidupan dari Termites ini sejak kecil hingga dewasa. Terman mencatat segala hal yang terjadi dalam perjalanan kehidupan dari Termites. Berbagai keberhasilan serta kegagalan dicatat oleh Terman. Terman juga memberikan nasehat serta bimbingan secara konsisten kepada Termites ini. Terman terus mencatat dan mengabadikan penelitiannya tersebut dalam buku yang berjudul Genetic Studies of Genius.
Terman kemudian mengambil kesimpulan awal bahwa kecerdasan menjadi hal yang sangat penting dalam hidup ini setelah moral. Terman juga mencatat hampir tidak pernah media cetak memberitakan berbagai keberhasilan luar biasa tanpa adanya salah satu atau lebih nama dari anggota Termites. Terman juga memprediksikan bahwa Termites ini kelak akan menjadi tokoh terpandang dalam kehidupannya.
Pemikiran awal Terman ini mungkin hampir sama dengan pemikiran kebanyakan dari kita yang memandang bahwa IQ menjadi hal yang akan dapat mendatangkan kesuksesan. Kecerdasan yang tinggi akan mempunyai peluang sukses lebih besar daripada kecerdasan yang rendah atau sedang. Banyak dari kita kemudian berasumsi bahwa dengan IQ tinggi ini akan banyak menolong dalam menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan ini. Jika Anda kini termasuk orang yang berpemikiran demikian, maka perbaikilah, karena sungguh pemikiran ini selanjutnya adalah sebuah pemikiran yang keliru.
Terman masih terus mencatat perjalanan kehidupan dari Termites ini. Di masa dewasa, Terman kemudian melihat kesalahan kesimpulannya tersebut. Beberapa orang dari Termites memang berhasil menerbitkan buku dan berhasil di bidang bisnis. Beberapa lainnya mempunyai karir yang biasa saja, bahkan beberapa yang lain dinilai Terman mengalami kegagalan dalam karir. Bahkan, tidak ada satupun dari Termites ini memenangkan Nobel. Dari  dua orang peraih Nobel sebenarnya pernah diteliti juga oleh asisten Terman, namun keduanya tidak dapat masuk dalam Termites karena mempunyai IQ yang kurang. Dari sini, telah jelas bahwa kesimpulan awal yang dibuat Terman adalah keliru.
Seorang Sosiolog Pitirim Sorikin mengkritik pedas bahwa apabila Terman mengumpulkan orang secara acak tanpa mempedulikan nilai IQ maka Terman akan memperoleh hasil yang kurang lebih sama dengan yang dilakukan Termites yang telah dikumpulkannya dengan susah payah tersebut. Terman sendiri juga menyimpulkan dalam buku Genetic Studies of Genius jilid keempat bahwa ternyata kecerdasan dan kesuksesan sangat jauh hubungannya.
Malcolm, kemudian memberikan contoh kehidupan seorang fisikawan bernama Oppenheimer. Oppenheimer berasal dari keluarga kaya. Oppenheimer memperoleh pendidikan yang layak dan mendapat dukungan penuh dari keluarga. Oppenheimer memperoleh banyak sekali kesempatan dan dididik dengan baik oleh keluarganya. Hal ini tentu sangat berbeda dengan latar belakang Cristopher Langan yang sedikit suram.
Oppenheimer kemudian juga pernah mengalami masalah yang membuatnya frustasi dan sampai dikirim ke seorang psikiater. Ya, dalam hal ini, Langan dan Oppenheimer sama-sama menemui masalah, namun berakhir dengan hasil yang sangat berbeda. Oppenheimer yang kemudian menjadi orang sukses dengan berbagai prestasi dan penghargaan sangat berbeda dengan Langan yang hanya hidup di peternakan kuda di pinggiran kota Missouri.
Terman dalam kelanjutan penelitianya kemudian mencatat bahwa perbedaan yang dimiliki antara anggota Termites yang meraih kesuksesan dan yang mengalami kegagalan adalah faktor keluarga. Sebanyak 20% dari anggota Termites yang meraih kesuksesan rata-rata berasal dari keluarga yang kaya, sedangkan 20% dari Termites yang mengalami kegagalan rata-rata dari keluarga menengah ke bawah atau miskin.
Dari berbagai contoh yang telah disebutkan di atas, maka jelas bahwa kecerdasan tinggi tidak bisa menjadi pemain utama dalam kesuksesan kehidupan seseorang. Banyak hal lain yang sangat berpengaruh. Diantaranya adalah keluarga, kemampuan sosial, mental dalam menghadapi masalah, kesempatan yang dimiliki, teman dan rekan yang mendukung, dan berbagai hal lainnya. Kalau dalam Islam, ada juga faktor bagaimana kedekatan orang tersebut dengan Tuhannya, yang akan menjamin dan memberikan kesuksesan dan ketenangan dalam kehidupannya. Dari artikel ini kita bisa simpulkan juga, bahwa faktor lingkungan sangat mempengaruhi kehidupan seseorang, bahkan seorang genius sekalipun.
Malcolm, dalam artikel bagian kedua berkesimpulan bahwa faktor keluarga juga menjadi penting dalam kesuksesan seseorang. Latar belakang keluarga, cara keluarga mendidik, serta tingkat kesejahteraan keluarga akan membentuk pribadi individu tersebut dengan mental tertentu.  Malcolm berpendapat bahwa untuk menjadi sukses bukan hanya tergantung pada IQ, bahkan bisa jadi IQ menjadi tidak terlalu berpengaruh. Banyak faktor lain yang mempengaruhi kesuksesan seseorang tersebut. Dan masih banyak pula yang harus dimiliki seseorang untuk meraih kesuksesan tersebut.
Memang faktor keluarga menjadi faktor yang sangat penting. Keluarga menjadi madrasah awal bagi seorang individu. Namun ketika berbicara tentang kesuksesan dan berbagai faktornya, maka perlu dilihat dari berbagai sudut pandang dan pengertian. Boleh jadi kesuksesan untuk orang genius menurut Malcolm ataupun Terman adalah memperoleh berbagai penghargaan, mempunyai penghasilan tinggi, dan sebagainya. Namun, ketika kembali lagi pada pengertian kesuksesan itu sendiri, maka boleh dibilang mungkin Langan memperoleh kesuksesan di bidang yang lain.
Tercatat dalam sejarah bagaimana para ilmuwan muslim sekelas Ibnu Sina, Imam Ghazali, Imam Bukhari, Imam Syafi’i dan berbagai ulama lainnya dengan latar belakang keluarga yang miskin, namun mampu menjadi orang luar biasa dengan kehidupan yang sederhana. Imam Syafi’I bahkan mendapat wewenang untuk berfatwa pada usia yang masih 15 tahun. Para ilmuwan tersebut bahkan banyak yang tidak memerdulikan lagi soal penghargaan, Nobel atau pun pujian dari ilmuwan lain atau apa pun sejenisnya yang bisa menjadi tolak ukur kesuksesan bagi Malcolm. Kesuksesan memang bisa menjadi hal yang rumit ataupun sederhana, tergantung bagaimana kita memandang hal tersebut.
Sebagai penutup, penulis menyarankan kepada para pembaca sekalian untuk membuang jauh pemikiran bahwa IQ atau kecerdasan tinggi, kemampuan akademik atau tingkat sekolah formal yang tinggi, akan bisa menentukan kesuksesan seseorang. Tak terhitung lagi jumlahnya bukti-bukti yang menunjukkan pemikiran tersebut salah. Ketika ingin sukses, maka kondisi lingkungan yang baik, pendidikan keluarga yang baik, kesempatan, pendidikan mental, moral, kemampuan bermasyarakat, serta berbagai ketrampilan menjadi mutlak diperlukan.



Gladwell, M. (2010). Outlier: Rahasia di balik Sukses. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

No comments:

Post a Comment