Sunday, November 10, 2013

Tanpa Batas


Tahukah apa musibah yang paling berat bagi diri ? Boleh jadi kita akan menjawab dengan berbagai jawaban, kehilangan hape karena hapenya mahal dan baru beli satu jam yang lalu, atau musibah gempa bumi, atau musibah banjir bandang, atau musibah tsunami, atau musibah kecelakaan, dan lain sebagainya. Mungkin memang berbeda-beda jawaban yang akan kita dapat, tergantung dari perspektif pengalaman masing-masing. Tetapi ketahuilah, bahwa musibah yang paling berat adalah kehilangan
orang yang dicintai.

Ketika musibah banjir yang datang, mungkin tidak mengapa ketika kita mengetahui orang-orang yang kita cintai masih selamat. Ketika musibah gempa bumi, tidak akan terasa asalkan suami atau istri beserta anak tercinta selamat. Tidak akan terlalu berat ketika kehilangan barang atau harta apapun kecuali kehilangan harta yang sangat dicintai. Bahkan ketika semua telah habis terbakar atau hancur lebur, kita masih bisa bersujud syukur ketika mengetahui keluarga tercinta selamat semua, tanpa kurang suatu apapun. 

Bagaimana ketika kita kehilangan yang kita cintai ? rasanya pasti sangat berat. Tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata  rasanya kehilangan yang kita cintai. Kehilangan yang kita cintai yang bersifat kebendaan semacam benda kesayangan, benda dari seorang tertentu yang kita jaga, atau benda tertentu yang kita sukai, rasanya pasti berat dan menyesakkan. Namun, akan jauh lebih berat lagi ketika kita kehilangan orang yang kita cintai, baik itu keluarga, orang tua, teman, sahabat, kekasih, istri, suami, guru, saudara, kerabat, dan lain sebagainya. Perpisahan menjadi hal yang kita benci jika terjadi dengan orang yang kita cintai. Apalagi ketika itu adalah perpisahan selamanya dengan orang yang kita cintai. Maka tidak segan lagi air mata lah yang akan mengalir dan kesedihan mendalam yang menyelimuti diri.

Bagaimana menurut Islam dalam menghadapi hal ini ? Saya jadi teringat akan kisah Ummu salamah, beliau adalah suami dari seorang sahabat yang terbaik, Abu Salamah, yang mengikuti Rosululloh saw dua kali Hijrah. Ummu salamah juga adalah sahabat yang mempunyai garis keturunan terhormat, serta mempunyai akhlak yang baik, setia dan baik dalam melayani suami. Suatu ketika, ketika Ummu Salamah sedang merawat dan mengobati luka akibat perang yang diderita Abu Salamah, Abu Salamah bercerita kepada Ummu Salamah, bahwa Rosululloh saw pernah berpesan kepadanya
"Tiada seorang muslimpun yang ditimpa musibah kemudian dia mengucapkan kalimat istirja' (inna lillahi wa inna ilaihi raji'un), dilanjutkan dengan berdo'a: 'Allahumma ujurniy fi mushibati wakhlufli khoiron minha (Ya Allah berilah aku pahala dalam musibah ini dan gantilah untukku dengan yang lebih baik darinya)' melainkan Allah akan menggantikan yang lebih baik darinya"
Suatu saat, ketika Abu Salamah akhirnya wafat, Ummu Salamah pun berdoa demikian, meskipun sempat ragu, karena siapa lagi yang lebih baik daripada Abu Salamah, tetapi Ummu Salamah tetap berdoa dengan sungguh-sungguh sesuai yang diajarkan Nabi tersebut. Singkat cerita, akhirnya Ummu Salamah dilamar oleh manusia terbaik di muka bumi, Rosululloh Muhammad saw.

Begitulah Islam mengajarkan kepada pemeluknya ketika mendapatkan musibah. Islam mengajarkan untuk pasrah dan bersabar dalam menghadapi musibah apapun, termasuk ketika kehilangan orang yang kita cintai. maka seyogyanya berdoa dengan penuh kesungguhan dan keyakinan kepada Allah, untuk meminta diberi kesabaran dan pahala atas semua musibah, serta berdoa agar diberi ganti yang lebih baik. Mungkin beberapa diantara kita bahkan sempat terpikir bahwa semua ini tidak lah baik. Namun ketahuilah bahwa Allah maha tahu yang terbaik untuk kita. Sebagaimana diceritakan pada kisah Ummu Salamah tersebut, Ummu Salamah mendapatkan sesuatu yang terbaik setelah bersikap sabar dan ikhlas serta yakin bahwa semua yang terjadi adalah yang terbaik untuknya dan untuk suaminya. hal ini sebagaimana tersirat pada Al-Baqoroh 216 :
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui"
Dari ayat tersebut, maka jelas lah bahwa sesungguhnya hanya Allah yang tahu yang terbaik untuk kita. Segala yang terjadi pada kita adalah yang baik bagi kita. Maka ketika mendapat musibah, apapu nmusibahnya, ucapkan dan yakinilah bahwa segala sesuatunya adalah milik Allah, dan berdoalah agar Allah mengganti musibah yang kita alami dengan hal yang lebih baik.

Begitulah Islam mengarjarkan kepada kita bagaimana menghadapi musibah. Bersabar dan tetap tawakal kepada Allah, yakin bahwa ini lah yang terbaik untuk kita. Boleh jadi jika musibah itu tidak terjadi, maka akan jadi keburukan bagi kita, begitu pula sebaliknya. Bersabar dan terus bersabar, Islam tidak pernah mengenal adanya batas dalam sikap bersabar. Manusialah yang kemudian membuat batasan sabar dalam dirinya. Berdoa kepada Allah agar diberikan ganti yang lebih baik. Karena hanya Allah lah yang tahu yang terbaik untuk kita. Jika kita bisa menerapkan ini dalam kehidupan kita, percayalah, penyakit depresi, stres, sedih berkepanjangan, bahkan sampai tindakan bunuh diri, insyaallah tidak akan pernah lagi ada dalam diri kita. Silahkan dicoba jika tidak percaya, inilah resep yang sangat manjur dan mujarab dari Islam untuk manusia dalam menghadapi musibah. 
wallahu a'lamu.

No comments:

Post a Comment