“oke rik, jadi besok jam
berapa nih kita berangkat ?”
“terserah wes man, tapi
tokonya buka jam 8-an paling”
“oke lah wes, besok aku
jemput jam 7 ya”
“oke”
Aku pun menutup
telepon malam itu. Aku terbaring mengistirahatkan badan sambil pikiranku masih
melayang, membayangkan apa yang akan aku lakukan besok, langkah demi langkah.
Ah, sudahlah, besok dijalani saja. Aku pun kemudian bangkit dan mencoba
menengok salah satu tugas mata kuliah yang masih tiga perempat perjalanan.
Mencoba untuk mengerjakan, tetapi hasilnya nihil, karena pikiranku malah buntu.
Akhirnya aku tutup saja laptopku dan berangkat tidur, tidur yang cukup pulas
rupanya karena aku memang agak capek malam itu.
setelah sholat Shubuh, kukebut tugas yang tertunda semalam. Tugas tersebut aku selesaikan sampai pukul 7.20 pagi. Waduh terlambat nih, pikirku. Aku pun segera bersiap diri sampai ada bunyi sms dari Riki. “ayo jeh, nangdi awakmu?” (ayo kawan, kamu dimana?), begitu isi smsnya. Sontak aku langsung menjawab, “oke bro, ini siap2”, balasku. Segera setelah siap, aku langsung meluncur menuju rumah kontrakan Riki. Sampai disana, Riki sudah bersiap untuk berangkat. Setelah basa-basi sedikit, kami pun langsung meluncur,
Tujuan pertama
kami ke toko Super Kitchen. Jaraknya entahlah, antara 3-4 km mungkin. Sebenarnya
sih aku juga baru tahu toko tersebut, sebelumnya aku hanya melewatinya saja
tanpa memperhatikan keberadaan toko tersebut. Sesampainya di sana, ternyata
tutup. Ah, mungkin memang kepagian, aku lihat arlojiku saat itu baru
menunjukkan sekitar pukul setengah sembilan pagi. Okelah, ke tujuan kedua kami,
Café Glass, toko yang sejenis dengan Super Kitchen. Sesampainya di sana eh
ternyata tutup juga. Akhirnya kami memutuskan sarapan dulu, ke warung favorit
nan penuh pengertian dengan kantong kami, Safira. Setelah makan di Safira dan berdiskusi
sejenak sampai sekitar pukul setengah sepuluh, kami putuskan meluncur menuju
ITC, sebuah mall yang terkenal menyediakan barang murah dengan merek bagus.
Sebelum ke ITC, kami mampir dulu ke tempatku untuk ganti kostum kebanggaan rakyat Indonesia
alias batik. Setelah sekitar lima belas menit perjalanan, sampai juga di ITC. Well, sepertinya hari sedang tidak berpihak pada kami, atau memang hari sedang
seru-serunya ya, karena ternyata ITC belum buka! Ya, kami mau tidak mau harus mencari
alternatif lainnya. Waktu terus berjalan sedangkan kami harus sudah selesai
pukul setengah dua belas.
Setelah
beristirahat dan berpikir sejenak, kami putuskan untuk ke Royal Plaza.
Perjalanan ke Royal Plaza bagaikan perjalanan dari ujung kota ke ujung lainnya, lumayan lama, sekitar 30-40 menit, kami tiba disana. Alhamdulillah
Royal sudah buka karena memang hari sudah agak siang. Setelah berputar mall
untuk mencari tempat parkir motor (yah, memang benar-benar memutari bangunan
mall untuk sampai tempat itu), kami segera bergegas masuk ke mall. Aku melirik
lagi arlojiku, waktu menunjukkan pukul 10 lebih sedikit. Masih ada waktu
sekitar sejam lagi untuk mencari barang, pikirku. Temanku Riki juga berpikiran
sama, kami harus keluar dari mall pukul sebelas, karena perjalanan menuju
auditorium nanti aku perkirakan akan lumayan memakan waktu.
Mencari barang
di mall sebesar itu memang tidak mudah, kami berputar-putar dari satu lantai ke
lantai yang lain. Kaki sudah mulai terasa berat sekali. Entah kenapa juga mata
mulai agak mengantuk, mungkin karena capek berkeliling. Butuh waktu hampir
sejam untuk menemukan toko serta barang yang tepat. Dengan budget yagn pas-pasan, kami membeli hadiah tersebut. Alhamdulillah, akhirnya
dapat juga barangnya. Setelah itu segera kami keluar dan langsung aku kebut
meluncur ke pasar Pucang.
Di pasar
Pucang, kami berpencar, Riki membeli Tempeh, aku membeli kertas kadonya.
Setelah sekitar 10 menit, semuanya selesai, tinggal dibungkus. Aku lirik
arloji, waktu menunjukkan pukul setengah dua belas kurang 10 menit. Huft,
sepertinya akan jadi keterlambatan lagi nih, pikirku. Tetapi, semangat untuk
tidak mengecewakan sahabat kami, membuat kami tetap bersemangat. Kami pun
segera meluncur ke kontrakan Riki lagi untuk membungkus kadonya, kemudian setelah
itu langsung melesat ke tempat acara. Sempat terkena macet juga di daerah Pasar
Manyar. Kemacetan parah karena bercampur dengan hawa panas yang menyengat.
Setelah
sekitar 20 menit perjalanan, akhirnya kami sampai juga di tempat acara. Setelah
memparkir motor, kami pun berjalan ke tempat acara. Tempatnya di gedung ACC
(Airlangga Convention Center). Sepanjang perjalanan dari tempat parkir motor,
kami menjadi perhatian sebagian besar orang. Kenapa coba? Karena kami membawa
Tempeh! Beberapa orang bahkan berteriak menggoda kami, “mas Tempehnya buat sini
aja mas” , “mas tempehnya nganggur ta?”, “Mas mau jual gorengan?”. Dan yang lain pun ada yang cuma melihat sambil
tertawa kecil melihat kami. Yah, begitulah selama perjalanan, biarlah mereka
begitu, karena mereka tidak tahu makna tempeh ini bagi kami.
Aku lihat
memang sepertinya acara belum selesai dan belum ada tanda-tanda para peserta
keluar. Fiuh, akhirnya kami menunggu sambil beristirahat, dan kami menemukan
fungsi tempeh yang baru, sebagai penutup dari panas matahari. Setelah sektiar
40 menit, akhirnya dengan mata berbinar-binar, aku melihat sahabatku keluar,
lengkap dengan pakaian jubah hitam dan topi dengan tali di atas tengah menjulur
ke depan. Pakaian tersebut akrab disebut dengan kata TOGA (bukan Tanaman Obat
Keluarga loh ya). Aku segera mengeluarkan handycam pinjaman yang aku bawa dan
merekam momen berharga ini. Sebuah kebanggan atas puncak dari perjuangan.
Sebuah langkah awal menuju jenjang yang berikutnya. Sebuah capaian atas segala
kelelahan dan kepenatan selama kurang lebih empat setengah tahun.
Sarjana
Tempeh, begitulah kami menyebutnya. Dengan simbol Tempeh di tengah kami berfoto
bersama. Siang itu, sebenarnya banyak sekali kawanku lainnya yang wisuda, namun
entah mengapa hanya sahabatku ini yang ingin aku temui, dan ingin aku beri
hadiah itu. Hadiah tersebut isinya adalah kemeja dan dasi. Benda tersebut tidak
lengkap ketika tidak ada celana ataupun sepatu, namun itulah memang maknanya.
Perjuangan kita, tidak hanya support dari teman, namun butuh usaha dari kita
juga. Biarlah sahabat kami itu yang melengkapi hadiah kami dengan celana dan
sepatunya. Itulah kehidupan ini, tidak hanya menyangkut usaha kita, atau usaha
teman kita, namun perjuangan kita bersama. Perjuangan untuk menuju sebuah
kesuksesan dalam hidup. Sebuah perjuangan yang berawalkan doa, berproses dengan
doa, dan berakhirkan doa pula. Perjuangan yang mengorbankan banyak hal.
Ketika
ditanya, mengapa harus Tempeh? Sekarang aku bisa menjawabnya. Tempeh, dikala
kau tidak tahu cara menggunakannya, kau hanya akan menjadi bahan tertawaan
ketika membawanya. Dikala kau tidak tahu apa fungsi yang bisa dimanfaatkan, kau
akan merasa kerepotan dengannya. Dikala kau tidak tahu lagi manfaat apa yang
terdapat dalam tempeh, bahkan kau akan ingin sekali membuangnya. Sarjana
tempeh, ketika kita tidak tahu apa manfaat ilmu atau kesarjanaan kita, maka
kurang lebih sama seperti ketika kita tidak tahu apa fungsi dan kebermanfaatan
tempeh. Kita akan ditertawakan, kita akan dihina, bahkan kita akan dibuang.
Beda cerita ketika kita menjadi sarjana yang bermanfaat, kita akan dicari
orang, kita akan dapat membawa perubahan. Kita akan dapat menjadi orang yang
paling baik, yaitu orang yang paling bermanfaat untuk sesamanya. Ya, begitulah
maknanya.
Kepada kawan
kami Mohammad Fauzi Setiawan, S.Psi. Semoga sedikit hadiah dari kami ini bisa
mewakili makna yang ingin kami sampaikan kepadamu. Mungkin kami memang tidak
bisa memberi lebih, memberi bungan atau boneka wisuda, atau bahkan memberikan
arloji ataupun flashdisk, namun inilah yang kami berikan, kenangan yang penuh harga dan tak
ternilai. Kenangan akan perjuangan, doa dan persahabatan yang telah kita lalui
selama ini. Semoga Allah memberikan barokah kepadamu dan kepada kita semua,
Amiin.
Kepada sahabat
kami yang sangat istimewa, Almarhum Hafizuddin Ahmad, semoga engkau bisa
melihat dan merasakan kebahagiaan kami disini kawan. Kami tak pernah lupa
segala kenangan dan perjuangan yang telah kita lewati. Doa kami tak akan pernah
lupa dan luput kepadamu. Engkaulah yang menjadi salah satu semangat dalam diri
kami untuk melakukan yang terbaik. Engkaulah juga sarjana terbaik bagi kami.
Perjuangan yang telah engkau lakukan sampai saat terakhirmu, tidak akan pernah
sia-sia. Semoga Allah memberikan tempat yang terbaik kepadamu, dan semoga kelak
Allah akan mempertemukan kita semua di surga yang penuh dengan keridhoan-Nya.
Aamiin . . .
No comments:
Post a Comment