Wednesday, March 26, 2014

Graduation Day: The Philosophy of Tempeh



“oke rik, jadi besok jam berapa nih kita berangkat ?”

“terserah wes man, tapi tokonya buka jam 8-an paling”

“oke lah wes, besok aku jemput jam 7 ya”

“oke”

Aku pun menutup telepon malam itu. Aku terbaring mengistirahatkan badan sambil pikiranku masih melayang, membayangkan apa yang akan aku lakukan besok, langkah demi langkah. Ah, sudahlah, besok dijalani saja. Aku pun kemudian bangkit dan mencoba menengok salah satu tugas mata kuliah yang masih tiga perempat perjalanan. Mencoba untuk mengerjakan, tetapi hasilnya nihil, karena pikiranku malah buntu. Akhirnya aku tutup saja laptopku dan berangkat tidur, tidur yang cukup pulas rupanya karena aku memang agak capek malam itu.

Keesokan harinya,
setelah sholat Shubuh, kukebut tugas yang tertunda semalam. Tugas tersebut aku selesaikan sampai pukul 7.20 pagi. Waduh terlambat nih, pikirku. Aku pun segera bersiap diri sampai ada bunyi sms dari Riki. “ayo jeh, nangdi awakmu?” (ayo kawan, kamu dimana?), begitu isi smsnya. Sontak aku langsung menjawab, “oke bro, ini siap2”, balasku. Segera setelah siap, aku langsung meluncur menuju rumah kontrakan Riki. Sampai disana, Riki sudah bersiap untuk berangkat. Setelah basa-basi sedikit, kami pun langsung meluncur,
Tujuan pertama kami ke toko Super Kitchen. Jaraknya entahlah, antara 3-4 km mungkin. Sebenarnya sih aku juga baru tahu toko tersebut, sebelumnya aku hanya melewatinya saja tanpa memperhatikan keberadaan toko tersebut. Sesampainya di sana, ternyata tutup. Ah, mungkin memang kepagian, aku lihat arlojiku saat itu baru menunjukkan sekitar pukul setengah sembilan pagi. Okelah, ke tujuan kedua kami, Café Glass, toko yang sejenis dengan Super Kitchen. Sesampainya di sana eh ternyata tutup juga. Akhirnya kami memutuskan sarapan dulu, ke warung favorit nan penuh pengertian dengan kantong kami, Safira. Setelah makan di Safira dan berdiskusi sejenak sampai sekitar pukul setengah sepuluh, kami putuskan meluncur menuju ITC, sebuah mall yang terkenal menyediakan barang murah dengan merek bagus. Sebelum ke ITC, kami mampir dulu ke tempatku untuk ganti kostum kebanggaan rakyat Indonesia alias batik. Setelah sekitar lima belas menit perjalanan, sampai juga di ITC. Well, sepertinya hari sedang  tidak berpihak pada kami, atau memang hari sedang seru-serunya ya, karena ternyata ITC belum buka! Ya, kami mau tidak mau harus mencari alternatif lainnya. Waktu terus berjalan sedangkan kami harus sudah selesai pukul setengah dua belas.

Setelah beristirahat dan berpikir sejenak, kami putuskan untuk ke Royal Plaza. Perjalanan ke Royal Plaza bagaikan perjalanan dari ujung kota ke ujung lainnya, lumayan lama, sekitar 30-40 menit, kami tiba disana. Alhamdulillah Royal sudah buka karena memang hari sudah agak siang. Setelah berputar mall untuk mencari tempat parkir motor (yah, memang benar-benar memutari bangunan mall untuk sampai tempat itu), kami segera bergegas masuk ke mall. Aku melirik lagi arlojiku, waktu menunjukkan pukul 10 lebih sedikit. Masih ada waktu sekitar sejam lagi untuk mencari barang, pikirku. Temanku Riki juga berpikiran sama, kami harus keluar dari mall pukul sebelas, karena perjalanan menuju auditorium nanti aku perkirakan akan lumayan memakan waktu.

Mencari barang di mall sebesar itu memang tidak mudah, kami berputar-putar dari satu lantai ke lantai yang lain. Kaki sudah mulai terasa berat sekali. Entah kenapa juga mata mulai agak mengantuk, mungkin karena capek berkeliling. Butuh waktu hampir sejam untuk menemukan toko serta barang yang tepat. Dengan budget yagn pas-pasan, kami membeli hadiah tersebut. Alhamdulillah, akhirnya dapat juga barangnya. Setelah itu segera kami keluar dan langsung aku kebut meluncur ke pasar Pucang.

Di pasar Pucang, kami berpencar, Riki membeli Tempeh, aku membeli kertas kadonya. Setelah sekitar 10 menit, semuanya selesai, tinggal dibungkus. Aku lirik arloji, waktu menunjukkan pukul setengah dua belas kurang 10 menit. Huft, sepertinya akan jadi keterlambatan lagi nih, pikirku. Tetapi, semangat untuk tidak mengecewakan sahabat kami, membuat kami tetap bersemangat. Kami pun segera meluncur ke kontrakan Riki lagi untuk membungkus kadonya, kemudian setelah itu langsung melesat ke tempat acara. Sempat terkena macet juga di daerah Pasar Manyar. Kemacetan parah karena bercampur dengan hawa panas yang menyengat.

Setelah sekitar 20 menit perjalanan, akhirnya kami sampai juga di tempat acara. Setelah memparkir motor, kami pun berjalan ke tempat acara. Tempatnya di gedung ACC (Airlangga Convention Center). Sepanjang perjalanan dari tempat parkir motor, kami menjadi perhatian sebagian besar orang. Kenapa coba? Karena kami membawa Tempeh! Beberapa orang bahkan berteriak menggoda kami, “mas Tempehnya buat sini aja mas” , “mas tempehnya nganggur ta?”,  “Mas mau jual gorengan?”. Dan yang lain pun ada yang cuma melihat sambil tertawa kecil melihat kami. Yah, begitulah selama perjalanan, biarlah mereka begitu, karena mereka tidak tahu makna tempeh ini bagi kami.

Aku lihat memang sepertinya acara belum selesai dan belum ada tanda-tanda para peserta keluar. Fiuh, akhirnya kami menunggu sambil beristirahat, dan kami menemukan fungsi tempeh yang baru, sebagai penutup dari panas matahari. Setelah sektiar 40 menit, akhirnya dengan mata berbinar-binar, aku melihat sahabatku keluar, lengkap dengan pakaian jubah hitam dan topi dengan tali di atas tengah menjulur ke depan. Pakaian tersebut akrab disebut dengan kata TOGA (bukan Tanaman Obat Keluarga loh ya). Aku segera mengeluarkan handycam pinjaman yang aku bawa dan merekam momen berharga ini. Sebuah kebanggan atas puncak dari perjuangan. Sebuah langkah awal menuju jenjang yang berikutnya. Sebuah capaian atas segala kelelahan dan kepenatan selama kurang lebih empat setengah tahun.

Sarjana Tempeh, begitulah kami menyebutnya. Dengan simbol Tempeh di tengah kami berfoto bersama. Siang itu, sebenarnya banyak sekali kawanku lainnya yang wisuda, namun entah mengapa hanya sahabatku ini yang ingin aku temui, dan ingin aku beri hadiah itu. Hadiah tersebut isinya adalah kemeja dan dasi. Benda tersebut tidak lengkap ketika tidak ada celana ataupun sepatu, namun itulah memang maknanya. Perjuangan kita, tidak hanya support dari teman, namun butuh usaha dari kita juga. Biarlah sahabat kami itu yang melengkapi hadiah kami dengan celana dan sepatunya. Itulah kehidupan ini, tidak hanya menyangkut usaha kita, atau usaha teman kita, namun perjuangan kita bersama. Perjuangan untuk menuju sebuah kesuksesan dalam hidup. Sebuah perjuangan yang berawalkan doa, berproses dengan doa, dan berakhirkan doa pula. Perjuangan yang mengorbankan banyak hal.

Ketika ditanya, mengapa harus Tempeh? Sekarang aku bisa menjawabnya. Tempeh, dikala kau tidak tahu cara menggunakannya, kau hanya akan menjadi bahan tertawaan ketika membawanya. Dikala kau tidak tahu apa fungsi yang bisa dimanfaatkan, kau akan merasa kerepotan dengannya. Dikala kau tidak tahu lagi manfaat apa yang terdapat dalam tempeh, bahkan kau akan ingin sekali membuangnya. Sarjana tempeh, ketika kita tidak tahu apa manfaat ilmu atau kesarjanaan kita, maka kurang lebih sama seperti ketika kita tidak tahu apa fungsi dan kebermanfaatan tempeh. Kita akan ditertawakan, kita akan dihina, bahkan kita akan dibuang. Beda cerita ketika kita menjadi sarjana yang bermanfaat, kita akan dicari orang, kita akan dapat membawa perubahan. Kita akan dapat menjadi orang yang paling baik, yaitu orang yang paling bermanfaat untuk sesamanya. Ya, begitulah maknanya.

Kepada kawan kami Mohammad Fauzi Setiawan, S.Psi. Semoga sedikit hadiah dari kami ini bisa mewakili makna yang ingin kami sampaikan kepadamu. Mungkin kami memang tidak bisa memberi lebih, memberi bungan atau boneka wisuda, atau bahkan memberikan arloji ataupun flashdisk, namun inilah yang kami berikan, kenangan yang penuh harga dan tak ternilai. Kenangan akan perjuangan, doa dan persahabatan yang telah kita lalui selama ini. Semoga Allah memberikan barokah kepadamu dan kepada kita semua, Amiin.

Kepada sahabat kami yang sangat istimewa, Almarhum Hafizuddin Ahmad, semoga engkau bisa melihat dan merasakan kebahagiaan kami disini kawan. Kami tak pernah lupa segala kenangan dan perjuangan yang telah kita lewati. Doa kami tak akan pernah lupa dan luput kepadamu. Engkaulah yang menjadi salah satu semangat dalam diri kami untuk melakukan yang terbaik. Engkaulah juga sarjana terbaik bagi kami. Perjuangan yang telah engkau lakukan sampai saat terakhirmu, tidak akan pernah sia-sia. Semoga Allah memberikan tempat yang terbaik kepadamu, dan semoga kelak Allah akan mempertemukan kita semua di surga yang penuh dengan keridhoan-Nya. Aamiin . . .

No comments:

Post a Comment